Uncategorized

Kisruh Rusaknya Bendera Partai di Bumi Lancang Kuning

Kisruh Rusaknya Bendera Partai di Bumi Lancang Kuning

Sebelumnya  aku akan mencoba memberikan pandangan aku secara netral tanpa memihak pada salah satu kubu, karena memang pembahasan ini terkait dengan isu politik yang sedang memanas di tahun 2019.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada tanggal 15 Desember 2018 yang lalu, Presiden RI, Bpk. Joko Widodo dan Ibu Negara hadir di Kota Pekanbaru untuk menerima pemberian gelar adat dari LAM Riau yakni gelar Datuk Seri Setia Amanah Negara. Bukan hanya itu, agenda Presiden saat itu juga membagikan sertifikat tanah dan kegiatan penampilan seni budaya di Gelanggang remaja. Kebetulan aku juga menjadi salah satu MC dari 12 MC yang menjadi pembawa acara pada kegiatan tersebut. Tanpa memandang pilihan politik, aku menyambut baik tawaran sebagai MC diacara tersebut karena alasan yang jelas : satu, aku emang MC (wkwkwkwk), dua , jelas pitih masuak (jujur banget :p), tiga, sebagai portofolio/pengalaman bahwa pernah menjadi MC di acara presiden. Jujur, udah pernah bawain acara mulai dari dihadiri Pak RT sampai Menteri, tentu akan semakin lengkap portofolionya jika sudah sampai di acara kepresidenan. Hehehehe…

Kembali lagi pada suasana ditanggal 15 Desember 2018, awalnya ketika gladi ditanggal 13 Desember, aku melihat jalan Diponegoro penuh dengan atribut partai Golkar. Kuningggggggg semuanya, tetapi terselip satu dua bendera Demokrat disana. Namun pada sorenya, bendera Golkar mulai dicabut oleh Satpol PP. sore itu, setelah gladi di LAM, aku pergi ke Kanwil BRI di depan Gelanggang Remaja untuk event di hari Minggu. Ketika melewati jalan sudirman tepatnya di depan Hotel Pangeran, aku melihat suasana yang semarak dengan warna biru Demokrat dan ucapan selamat datang untuk Presiden ke-6 RI yakni Bpk. H. Susilo Bambang Yudoyono beserta Ibu Ani Yudhoyono. Disaat itulah aku baru sadar bahwa 2 orang besar negeri ini yakni Presiden ke-6 dan Presiden ke-7 akan hadir di bumi Lancang Kuning, Riau, tepatnya di Kota Pekanbaru di hari yang sama. Wah seru nih aku pikir. Dua kubu berbeda hadir di tanah yang sama. Ketika sampai di depan kompleks MTQ Pekanbaru, aku melihat beberapa mobil PP dan petugas Satpol PP mencabut bendera-bendera partai yang terpasang. Aku juga bertanya-tanya, lho kok dicabut ya? Kenapa? Ada apa? Apa gak punya izin? Atau belum bayar “pajak”nya? Atau ada unsur dan sentiment politik didalamnya? Saking penasarannya aku mikir “Sayang banget bambunya, udah ditebang ribuan batang untuk menyambut tamu yang datang, akhirnya tergeletak tak dipandang!” sedih ya gengs.

Singkat cerita, pada tanggal 15 Desember 2018, acara masing-masing  kubu berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada sesuatu yang istimewa selain kemacetan yang ditimbulkan. Setelah MC acara di LAM selesai, aku pun melanjutkan perjalanan ke MP untuk MC event lainnya (maklum sekali lagi cari pitihh masuakkk..hehehehe…).  Tak disangka aku melihat postingan salah seorang teman yang menampilkan wajah pak SBY yang sedih melihat atribut partainya dirusak, balihonya disobek, dibuang ke selokan, terlihat sangat miris sekali. Hati aku tersentuh…uugghhhh….ternyata selain Olan, wajah pak SBY juga bias menyentuh hati aku..uwuuwuuu….

Back to thhe topic. Menurut pandangan aku, hari ini sampai dengan pemilu 2019, apapun yang terjadi akan selalu dikaitkan dengan politik, akan selalu ada gesekan dan sentiment politik yang makin di gesek, makin digoreng, makin panas, makin kriuk, makin renyah, makin enak (pisang gorengnyaaaaa….)!

Tindakan pengrusakan atribut partai yang belum jelas siapa pelakunya dan siapa actor dibelakangnya jelas akan menimbulkan prasangka buruk. Apalagi hanya ada dua kubu. Yang pertama yang harus kita lihat ketika belum tau siapa pelakunya adalah bersikap menahan diri. Menahan diri dari bersikap menuduh, menahan diri dari julid dan nyinyir, karena kita tidak tahu siapa yang korban atau siapa yang pura-pura jadi korban. Guys, hari gini menyikapi politik harus hati-hati. “Kita harus bisa membedakan mana yang benar dan mana yang terlihat benar”-bagus anjari suwito.

Kedua, bagi pihak yang “merasa” tertuduh padahal tidak ada pernyataan yang jelas menuduh, sebaiknya juga menahan diri.  Jangan sampai mudah di adu domba oleh oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan dari panasnya persaingan politik kedua kubu.

Ketiga, jika pelakunya sudah ketahuan dan jika berasal dari oknum kubu sebelah, tentu ini adalah hal yang sangat disayangkan. Merusak demokrasi negeri ini. Merusak baliho lawan agar tak terlihat menonjol di masyarakat adalah suatu tindakan kekanak-kanakan.  Ibarat kata, “Jual saja buah dilapak sendiri, jangan ganggu buah di lapak orang”.

Terakhir, pentingnya untuk segera diusut tuntas pelaku dan oknum dibelakang pengrusakan atribut partai ini. Karena isu yang dibiarkan tanpa kejelasan akan menimbulkan berbagai spekulasi negative yang berujung pada perpecahan. Semoga Polda Riau bisa segera usut tuntas, transparan, dan tindak tegas seadil-adilnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *