Tourism,  Uncategorized

Trip to Bali : Day 1 – Menginjakkan kaki di Pulau Dewata

Setelah menyusun segala persiapan perjalanan ke Bali dan membuat itinerary sendiri, akhirnya aku dan Olan siap untuk berangkat.

Day 1 – Menginjakkan kaki di Pulau Dewata

Sejujurnya ini adalah perjalanan pertama Vivien dan Olan ke Bali. Kami sama sekali tidak mengetahui seperti apa disana dan hanya mendengar cerita orang-orang yang sudah pernah berkunjung disana serta melihat dari berbagai social media dan internet. Berbekal Traveloka, Google Maps, Google Search, Duit, dan kacamata kece, akhirnya kami memberanikan diri berpetualang berdua.

Tanggal 4 Januari 2020, kami memilih penerbangan dengan maskapai Lion Air tujuan Bali dengan transit ke Surabaya. Keberangkatan sekitar pukul 06.30 WIB dan tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar pukul 13.05 WITA. Ketika menginjakkan kaki di depan pintu Bandara, ada sebuah tulisan besar berbunyi, “Welcome to Bali, The Last Paradise in The World.” Aku dan Olan jadi senyum-senyum sendiri, cieeee…. Udah sampai di The Last Paradise ni yeeee….. wkwkwkkwk.

 

Aku dan Olan tidak membawa koper melainkan hanya tas sport biasa. Hal ini memang didasarkan pada pertimbangan bahwa bagasi di pesawat tak lagi gratis alias bayar. Jadi kami menggunakan tas sport agar bisa dibawa naik ke kabin pesawat. Tak hanya itu, kami juga mempertimbangkan jika harus membawa koper dengan menggunakan motor. Tentu akan sangat merepotkan jika harus berpindah dari satu hotel ke hotel yang lainnya.

Sesampainya di Bandara, kami langsung menuju tempat parkir motor yang letaknya memang agak jauh keluar. Aku dan Olan sepakat menyewa sebuah motor matic yaitu Honda Beat. Alasannya sederhana: murah meriah, simpel, bisa meletakkan tas di pijakan kakinya, tidak kena macet dan yang terpenting adalah karena kami belum tau sama sekali seperti apa jalanan di Bali sehingga jika salah arah/salah jalur/salah baca maps, gampang muter balik alias sangat fleksibel sekali. Dan ternyata disana para Bule-Bule ya emang pada pake motor juga guys! Wkwkwkkwkwk…

Untuk penyewaan motor sebenernya banyak sekali di Bali. Namun kami langsung memesan motor di Bandara melalui situs : vrmtrans.com. Harga sewa sebuah motor Honda Beat adalah 60 ribu/24 jam. Jadi karena kami menyewa untuk 4 hari, maka dikenakan biaya 240 ribu Rupiah. Murah meriah kan….

Setelah transaksi penyewaan selesai, maka saat itulah petualangan aku dan Olan dimulai. Mulai saat itu pula, Google Maps menjadi orang ketiga bagi kami. Rasa deg-degan bercampur semangat mengalahkan hawa panas Bali yang lebih kurang mirip juga seperti di Pekanbaru. Tujuan hari pertama kami adalah menuju ULUWATU. Mengapa Uluwatu? Ya, karena aku ingin melihat keindahan Pura Uluwatu yang begitu tersohor di ujung tebing yang terletak paling selatan dari Pulau Bali dengan deburan ombak lautan biru yang begitu mempesona. Tak hanya itu, aku juga ingin menyaksikan atraksi Tari Kecak dengan latar belakang matahari terbenam. Atraksi itu ditonton lebih dari 1000 orang setiap harinya dan aku ingin menjadi salah satu penontonnya.

U Tube Hotel Uluwatu

Kurang lebih  35 menit perjalanan, akhirnya kami tiba di U Tube Hotel Uluwatu. Kami pun mengkonfirmasi pemesanan kamar melalui aplikasi Traveloka. Trus resepsionisnya memasang wajah bingung.

“Maaf mas, tidak ada pemesanan atas nama Olanfran untuk 4 Januari.”kata resepsionis.

“Ha? Masak iya gak ada?”Kata olan

Kami terkejut.

“Coba lihat lagi di Traveloka kamu sayang!” kataku pada Olan.

“Ini dia bli” kata Olan sambil menunjukkan bukti pemesanan kamar U Tube Hotel.

“Ooohhh, ini untuk pemesanan 5 Januari mas alias untuk besok. Bukan hari ini.” Kata resepsionis yang langsung melihat layar computer dan mengecek pemesanan 5 Januari.

“Nah, kalo tanggal 5 Januari ada atas nama Olanfran.” Kata resepsionis itu.

Aku dan Olan saling berpandangan.

Aku berusaha mengeluarkan jurus andalan.

Memasang muka menyedihkan.

“Bli, bisa tolong dibantu gak supaya dimajuin aja nginepnya Bli..”kataku

“Tunggu sebentar ya mbak, saya coba hubungi manager saya dulu.” Katanya sembari mempersilahkan kami menunggu dan duduk di teras lobby nya yang asri.

Aku dan Olan duduk menunggu sembari harap harap cemas. Namun setidaknya pepohonan yang begitu rimbun dan hijau membuat aku sedikit tenang dan rileks. U Tube Hotel benar-benar mengusung taman tropis khas Bali yang ditunjukkan dengan adanya pohon-pohon bunga kamboja besar dan rimbun, pohon pisang-pisangan, dan perdu-perdu yang berpadu dengan elemen patung batu dan gemericik aliran air serta kolam renang. Perpaduan hijau dan biru yang begitu kontras, benar-benar memanjakan mata.

 

Untuk beberapa saat, aku terpana hingga sang resepsionis memanggil kami dan memberitahukan bahwa management U Tube memberikan izin menginap dengan memajukan tanggal pemesanannya. Mereka memaklumi karena ternyata bukan hanya kami wisatawan yang teledor memesan di aplikasi. Katanya, pada malam pergantian tahun 2019 ke 2020 yang lalu, ada sekelompok bule yang melakukan pemesanan pada tanggal 31 Desember. Namun, pas di cek rombongan Bule tersebut tidak ada didaftar tamu hotel, persis kejadian seperti kami. Setelah dicek, rupa-rupanya, bule tersebut memesan kamar untuk tanggal 31 Desember 2020… bwakakakakkakak….. tahun depan donk!!! Namun sangat Bule tidak bisa mendapat keringanan seperti kami dikarenakan pada tanggal 31 Desember 2019 hotel sudah full booking sampai tahun baru 2020.

Wakakakakakakak…. Gak kebayang deh gimana tuh bule-bule. Pasti pada kesel ama yang booking. Wakakakakakak.

Setelah sampai dikamar hotel, aku dan Olan bersih-bersih badan dan istirahat sejenak melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya yakni mengunjungi Pura Uluwatu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *